B

B

Minggu, 18 September 2016

HARI HARI YANG KERAS


Hari- hari yang keras

Yo man! Sebenernya judulnya maunya rough days  tapi kalo di bahasa Indonesiain di google translate jadi “hari hari yang keras”. sungguh aneh, namun ciamik.

Bulan bulan terkhir setelah post terakhir merupakan bulan yang keras, diisi dengan hari yang keras, jam yang keras, menit yang keras, tapi gue selalu meyakinkan diri, gue bisa enjoy tiap detik yang ada. Baru kerasa kerasnya didikan yang sesungguhnya, gue nggak ngomong gue capek terhadap kekerasan, tapi ya memang keras, dan gue sedang memaintenance mental fundamental untuk gue bisa ngadepin kekerasan, ciamik wkw

Kerasnya gimana?

Dulu waktu kaka sepupu gue kuliah, gue selalu wondering, kok dia pulangnya selalu sore terus bahkan sampe lewat jam makan malam ya? Apa sih yang dia lakukan di kampus? Segitu sibuknya apa ya? Sibuk ngapain sih? Belajar? Duh, ambisius banget sih kak, segitunya sampe belajar lebih dari 10 jam, yang notabene gue pernah denger, efektivitas belajar itu paling sejam, paling lama dua jam dan setelah itu kalau mau lanjut, kita musti break atau istirahat selama 30 menit (salah satu bimbel kita yang terkenal, yang di gawangi oleh pak Ir. Bob Foster, Ganesha Operation, memakai teknik ini)

Hebatnya belajar 10 jam sehari. Plus dirumah tatapannya laptop mulu.

Apa gue juga akan seperti itu? Dibenak gue paling dalem, dan merupakan frightening thought. Secara gue orangnya SELOW, MAIN TERUS, NGGAK BISA HIDUP TANPA GTA, PALING NGGAK BISA BELAJAR LEBIH DARI 10 MENIT, PALING GA BISA KALO GA MAINAN CEWEK, BELAJAR H-1.

Artinya, jam main gue akan berkurang bahkan hilang kalo ntar gue kuliah. Gue takut kalo gue gak bisa main lagi. Terus terang rasanya kalo ada kuliah gaming, rasanya mending daftar SNMPTN jurusan itu aja deh. Okay that’s just my frivolous tought. Dan pada saat yang sama, gue merasa cupu, kalo gue gak siap kuliah, berarti gue gak siap jadi ayah buat anak anak gue kelak dong? Masa iya gue memilih untuk tidak kuliah dan tidak menikah karena gue mau memainkan GTA sepanjang hidup gue?  Kejantanan gue pun menciut karena pikiran yang tak karuan ini.




Waktu demi waktu berlalu...



Ospek udah, organisasi udah, lecture udah. GUE KULIAH, GUE K U L I A H. 


gue mulai nggak asing dengan kesibukan kampus, dan pulang malam malam. Entah rasanya apa yang gue lakukan sehingga bisa 12 jam non stop nggak di kos. Tapi rasanya if i close my eyes,

But if you close your eyes,
Does it almost feel like
Nothing changed at all?
And if you close your eyes,
Does it almost feel like
You've been here before?

Dan suatu minggu yang cerah, seperti biasa biasanya, gue nggak ke gereja pagi pada hari minggu tertentu, contohnya seperti hari miggu ini. gue malah sibuk ngelayanin orang, yang boleh lah kita sebut pelayanan kesehatan. Gue nggak dipaksa, gue nggak dibayar untuk capek capekan ini, gue gak dapet popularitas dan ketenaran, dan malah kebalikannya, ini keinginan gue, ini bener bener pelayanan kesehatan 100% tanpa ada profit, nggak ada sponsor produk farmasi disini apalagi iklan produk tembakau yang biasanya menghiasi kegiatan kegiatan mahasiswa. 

Pada malam sebelumnya seperti malam minggu sebelum sebelumnya gue berdoa sama Tuhan “Ya Tuhan, terimakasih untuk hari ini, berkatilah besok supaya saya dapat bangun pagi pagi sekali dan dapat beribadah kembali di rumahMU ya Bapa (gereja maksudnya)” terus gue sadar, oh iya besok gue nggak ke gereja pagi, gue besok pelayanan kesehatan. Gue berdoa lagi, kali ini gue nggak mikir mau bilang gimana sama Tuhan, gue asal koreksi aja doa sebelumnya “Ya Tuhan, saya kembali ke hadiratMU, saya berdoa supaya besok saya dapat bangun pagi pagi sekali untuk bukan ke gereja pagi tapi saya dapat melakukan pelayanan kesehatan, dan dapat berguna bagi sesama, seperti KAU juga yang pernah melakukan pelayanan kesehatan” gue nggak tahu, segitu lancangnya gue sama Tuhan, memilih selain ke gereja pada besoknya, yaitu minggu pagi ini.

Waktu pelayanan kesehatan yang berlangsung 5 jam itu, gue akhirnya mulai agak lesu karena makin siang. Seorang pria tua, umur 68 tahun, rekam medisnya ada di gue, gue tau semua datanya, yang gue gak mau sebutin disini, karena isi rekam medis itu milik bapak tua itu, tapi kertasnya punya gue. Dia datang. Tensi pada pemeriksaan minggu lalu cukup tinggi, tapi begitu gue denger sistole/ diastole nya pada pemeriksaan saat itu sangat bagus. Dia bilang “saya ikutin saran adek minggu lalu, saya minum banyak, olahraga, sama nambahin sayur, plus nggak ngerokok lagi, STOP ROKOK hehehe.” Walaupun dia tau gue masih semester 3, yang dimana ilmu gue masih kayak upil, tapi rupanya dia tau gue agak bangga dengan peningkatan kesehatannya.

“dek, semester 3 ya? (iya pak hehe, gue jawab) Hehehe... oiya dek Fillandro (sesua nama di nametag gue) kristen ya? Nggak ke gereja nih?” CEPLAS, nampar pipi gue yang sejak dari minggu lalu resah karena nggak biasa kalo nggak ke gereja pagi, dan takut ngantuk kalo ikut gereja siang, dan takut lebih ngantuk kalo gereja malam. “saya juga kristen hehehe, semangat kuliahnya ya dek, saya yakin....” disini dia mulai cerita bagaimana mulianya apa yang seseorang lakukan dengan memilih capek capekan untuk melayani sesama tanpa dibayar apalagi pada hari sabat, seperti apa yang pernah Tuhan gue juga lakukan. Dia juga berterimakasih karena gue mau bangun pagi pagi, ngatur kursi sendiri, mengecek tensi, mengecek kesehatannya bahkan memberikan saran yang bisa dia gunakan untuk meningkatkan kesehatannya, sampe dia bisa maintenance kesehatannya tanpa kehadiran gue.

INI LAH BAYARAN GUE. IYA, SATU KATA YANG TAK TERPISAHKAN. YANG MELEGAKAN. SELALU DIUCAPKAN SAMBIL MENYERTAKAN SATU SENYUMAN YANG ABSOLUT. TULUS, IKHLAS, TANPA BEBAN, PLONG, BENAR BENAR TANPA ADA PENYESALAN, DAN KEHADIRANNYA BAGAIKAN SUATU EMBUN PAGI YANG MENETES KE DAHI RUSA YANG SEJAK TIDURNYA YANG LELAP MENGHARAPKAN KEHAUSAN TENGGOROKANNYA SIRNA..... KATA ITU:

TERIMAKASIH

IYA CUMA KATA ITU YANG PENGEN GUE DENGER TIAP AKHIR PEMERIKSAAN.
KATA YANG MEMBAYAR APAPUN. BAHKAN UANG PUN NGGAK MAMPU MENUKAR NILAINYA WALAU DITUKAR PADA PENUKAR VAULTA ASING MANAPUN.

Setelah kata itu keluar dari bapak tua itu, gue langsung menyalami dia sambil mengucapkan mantra kedokteran ampuh yang gue yakinin manjur “sehat terus ya pak” bapak itu punya raut yang menunjukan rasa syukur pada Tuhan, begitupun gue.

Hari ini begitu menyadarkan, kegundahan gue, ketumpulan hati gue, dan yang paling penting menjaga ke intiman gue sama Tuhan gue Yesus Kristus. Gue merasa nggak menyesal gue menjalani kuliah dengan jam terbang yang keras. 

Dan gue selalu pake ayat andalan gue pada YAKOBUS 1 : 12
“BERBAHAGIALAH ORANG YANG BERTAHAN DALAM PENCOBAAN, SEBAB APABILA IA SUDAH TAHAN UJI, IA AKAN MENERIMA MAHKOTA, KEHIDUPAN YANG DIJANJIKAN ALLAH KEPADA BARANGSIAPA YANG MENGASIHI DIA.”



now playing POMPEII – BASTILLE

I was left to my own devices
Many days fell away with nothing to show

And the walls kept tumbling down
In the city that we love
Great clouds roll over the hills
Bringing darkness from above

But if you close your eyes,
Does it almost feel like
Nothing changed at all?
And if you close your eyes,
Does it almost feel like
You've been here before?
How am I gonna be an optimist about this?

We were caught up and lost in all of our vices
In your pose as the dust settled around us

And the walls kept tumbling down
In the city that we love
Great clouds roll over the hills
Bringing darkness from above

But if you close your eyes,
Does it almost feel like
Nothing changed at all?
And if you close your eyes,
Does it almost feel like
You've been here before?
How am I gonna be an optimist about this?

Oh where do we begin?
The rubble or our sins?


How am I gonna be an optimist about this?

If you close your eyes, does it almost feel like nothing changed at all?