B
Rabu, 18 Juni 2014
Mental Fundamental
*BLUR*
Seperti yang
sudah kalian banyak tahu tentang saya dan diri saya, saya adalah tipikal orang
yang agak tertutup dan mungkin sebagian orang tidak akan pernah mengerti bahkan
ingin mengetahuipun tidak. Dan kenapa saya menceritakan ini adalah bahwa secara
psikologi, seseorang bahkan saya pun mempunyai sifat sosialis, saya ingin
berbagi. Saya bukan penganut individualis walaupun terkadang logika saya
terlalu independen.
Suatu saat
yang sangat konstan secara berulang ulang, mental saya terlalu dicobai pelbagai
hal yang mungkin sangat signifikan menggempur basis pertahanan visi saya, atau
simpelnya adalah pendirian saya diserang. Menurut saya, menurut hemat saya, hal
semacam inilah tindak criminal yang sangat criminal. Kenapa, bahkan rampok,
jambret, atau mafia sekalipun bisa saja mengambil pusaka yang paling berharga
sekalipun, tapi objek berharga itu akan nol nilainya ketika kita dihadapkan
dengan pencurian identitas. Identitas? Ya. Coba anda pikirkan dengan logika
yang sehat; mana yang anda pilih jika ada dua benda didepan anda
1. Segelas air mineral kira kira satu
liter
2. Sebongkah batu ruby satu kilogram
Stop. Saya
sudah tahu pilihan anda, coba kita ubah situasinya. Anda berada pada kekeringan
tertentu yang melibatkan tekanan, sebutlah di padang gurun, dan anda kekurangan
cairan. Stop. Saya juga sudah tahu jawabannya. Untuk apa saya memegang
sebongkah ruby di padang gurun? Sendirian?
Kira kira
semacam itulah harga sebuah pendirian. Sebuah identitas. Sesuatu yang entah apa
mengakui bahwa kita ini walaupun diciptakan dengan purwarupa yang sama,
memiliki kepribadian yang nyaris berbeda antara satu dengan yang lain. Sangat abstrak. Sangat sepele tapi bila itu
terjadi, ada satu hal yang nyaris musnah dalam kehidupan; kebahagiaan.
Pencurian
identitas itu sangat rumit. Karena tidak tampak secara nyata dan kaitannya
dengan visi alam perasaan. Kita akan berbicara secara terang terangan walau
sampai disini pun mungkin anda tidak terlalu mengerti.
Saya adalah
pengikut Kristus maniak. Saya sangat terinspirasi dengan tokoh yang muncul
ditengah tengah krisis identitas tersebut. Latar belakang pada masa Masehi
seperti yang saya boleh ceritakan, bahwa banyak orang menyembah dewa dewa,
tuhan tuhan yang mereka sendiri buat. Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa
terjadi? Bukankah itu semacam pembodohan diri sendiri? “hai saya menyembah
patung “X” buatan saya sendiri” tolol. Bukan. Ayo kita analisis. Ya! Identitas
mereka hilang. Pendirian mereka akan visi mereka hidup hilang. Pandangan hidup
mereka tidak menentu dan tidak ada arah. Mereka kehilangan GPS hidup mereka.
Untuk apa saya hidup? Setelah saya kaya raya punya istri banyak, lalu apa?
Manusia
adalah makhluk yang memiliki karakteristik yang cenderung tidak akan pernah
bisa puas akan keinginannya. Itu bagus dalam artian pengetahuan misalnya. Tapi
ini akan segera menggila pada puncaknya. Sebutlah transhumanisme. Rekayasa
genetika. Kloning. Tidakkah itu gila? Tapi itu adalah kemajuan manusia akan
ketidak puasannya. Untunglah pada masa itu lahir Yesus yang disebut Kristus.
Ketika ia wafat, saya dapat menggambil situasi hati muridnya. Putus asa.
Bagaimana guru yang adalah inspirasi saya mati di salib. Andaikata Ia tidak
bangkit pada hari yang ketiga, habis sudah harapan saya akan keyakinan saya.
Semacam itu
lah.
Saya ulangi.
Andaikata Ia tidak bangkit pada hari yang ketiga, habis sudah harapan saya akan
keyakinan saya. Apakah anda mengerti?
Coba saya
ulang untuk kali ketiga. Andaikata Ia tidak bangkit pada hari yang ketiga,
habis sudah harapan saya akan keyakinan saya.
Alasan untuk
sesuatu yang kita sebut motivasi itu penting tapi menurut saya bukan segalanya.
Pernah suatu saat saya bertanya pada teman saya “kenapa kamu memukul dia?” dia
secara spontan menjawab “ya ingin saja”. sangat kontroversial bukan. Perilaku
yang di manifestasikan tanpa ada alasan. Tanpa ada alasan yang jelas, yang
menjelaskan.
Kenapa kamu
percaya adanya Tuhan? Bagaimana ? tolong jelaskan secara matematis teoritis
konkrit disertai bukti bukti yang riil dalam satu jam ini!. pertanyaan itu
pernah saya dengar dari mulut seorang PKI (komunis-RED) kejamnya lagi seorang
anak kecil berusia balita disuruh berdoa pada Tuhan agar Ia memberi makanan
saat itu juga, lalu seorang guru yang rupanya beraliran atheisme mengucapkan
suatu hujatan “bagaimana nak? Apa ada makanan di hadapan mu sekarang? Tidak
bukan? Berarti Tuhan itu tidak ada! Coba kamu berdoa pada saya, saya akan
memberikan!”. Tolong gelengkan kepala anda, tentang bagaimana kondisi ini
berlangsung.
Ini namanya
pencurian identitas.
Semacam itulah.
Tapi di zaman cyber ini, yang sudah
semakin cyber, hal itu akan tak kasat mata. Tidak secara terang terangan,
apalagi di siang bolong. Maling macam apa yang memiliki strategi bahwa kelak
ketika ia beraksi ia merencanakan dirinya ditangkap.
SEMACAM ITULAH
Tolong. Saya
katakan ini kepada anda yang mau mengerti betapa hari kedepan sangat jahat dan
anda dipermainkan oleh sesuatu yang anda tidak tahu. Berjaga jagalah.
Materaikan kekudusan yang diberikan Sang Pencipta agar anda tidak tersesat. Peganglah
teguh cinta, iman, dan pengharapan. Resapilah pesan ini tanpa ada gap perbedaan
pandangan atau keyakinan.
Langganan:
Postingan (Atom)