Aku dulu
pernah sekolah di SMP Negeri 1 kota Salatiga. Waktu itu bulan Februari tahun
2012. Aku duduk di bangku kelas 9 tepatnya 9B. 9B itu bukan kelas unggulan,
siswanya yang bersemayam di kelas tersebut cenderung nyante kalo nerima materi,
and so did i. Ceritanya diadakan pelajaran jam ke 0 (nol), dimaksudkan biar
siswa kelas 9 lebih siap secara materi dalam menghadapi ujian nasional tingkat
SMP. Ada guruku yang namnya Bu Le panjangnya Bu Leeeeeeeeeeeeeeeeeee. Nggak
dong. Namanya Bu Laila, ngajar bahasa inggris, makanya di panggi Bu Le, masak
Bu Lail? Atau Bu Ila? Kalo Bu Laila kepanjangan. Bu Le. Simpel. Keren. Mudah diingat.
“DONT
UNDERESTIMATE EACH OTHER”, tiap kali dia masuk waktu jatah pelajaran jam ke nol
dia bilang kayak gitu. “apasih” “ngapain sih ini guru” “maksutnya apa” “nggak
ada hubungannya sama materi” “pendidikan karakter bullshit” gumamku sama teman
seperjuanganku namanya Io, iya I sama O. Io. Simpel. Keren. Mudah diingat. Aku emang
suka menghujat kalo ada statement yang menurutku nggak penting. Kalo kalian
juga, berarti kita jodoh dimasa lalu. Kalo sekarang aku ngerti apa maknanya. Maaf,
kita nggak jodoh lagi.
Sering kok
underestimate itu terjadi. Pelakunya sadar atau nggak sadar, sama aja, dia
melakukannya. Aku. Contoh yang bisa digunakan. Underestimate itu udah jadi
makanan ku sehari hari, aku melakukannya kalo nggak sadar (aku nggak mungkin
sadar ngelakuin karena menilai jelek orang lain itu menurutku nggak begitu
penting) dan jadi korban underestimate orang lain.
Di SMA ku
yang di Magelang, contoh kasus, waktu itu ada seleksi organisasi yang menurutku
nggak fair. Aku emang nggak sekeren
teman temanku, aku agak pendiam dengan kondisi yang belum sepenuhnya aku tahu. Jadi
aku nggak sok kenal sok dekat sama tim seleksi. Tim itu tim yang bergerak di
bidang akademis. Aku nggak terpilih. Aku kecewa. Ini lebay. Tapi kok rasanya
aku punya potensi, aku punya komptensi dan aku seorang yang punya passion di
bidang itu. Aku nggak terpilih karena aku nggak keren. Fair? Underestimate banget sih. Dalam paradox ku, aku mau bilang, “astaga,
kamu nggak tau siapa aku” dan ini agak baper. Bapeeerrrrr wkwk. Tapi pun kalo
aku bilang kayak gitu tapi ga ada bukti, sama aja kan aku underestimate dia?. Maka
aku cari nilai akademis setiap anggota tim seleksi organisasi terebut. Aku nggak
mau sombong ya. Ini cuma bukti kalo kita (aku dan kamu, pembaca blog ini)
berharga. BERHARGA (Kamu nggak boleh disepelekan orang lain). Akademisnya ? aku
menang, samapta? Aku menang. Kepribadian? Aku menang. Oh boy. You gonna die assh*le.
Tanggal 17
agustus kemaren, diadakan ospek universitas. Ada segerombolan anak sastra dan
budaya. Disuruh baris. Mereka bergumam. Dan aku mencari celah buat membentuk
barisan. Mereka? Mendorongku keluar. Perilaku ini menurutku tindakan
underestimate loh. Aku agak tersinggung kalo ada orang yang nggak ramah. Kuangkat tas polo yang tulisannya SMA ku,
mereka langsung ngasih tempat dan langsung bilang “oh dari SMA ini ya? Eh nama
aku...” SHUT YOUR MOUTH UP. Kunci mulut mu itu.
Pernah bereksperimen? Siang ini aku melakukan social experiment. Ada orang dari fakultas X, aku ajak kenalan, aku
bohong, ngakunya aku dari fakultas sastra dan budaya. Sebatas berkenalan aja,
nggak ada lanjutanya dan nggak ditanyain apa apa, diacuhkan, dibuang, dicuekan
(bahasa apa ini wkwk). Emang apa salahnya jadi anak sastra dan budaya? Mereka juga
bisa kaya, juga berhak punya lingkungan sosial. Dilain waktu, aku
memperkenalkan diri sebagai aku yang sekarang, semuanya tampak antusias
bertanya bagaimana sekolahku di sekolah ini, di fakultas itu, berteman dengan si
ganteng X dan si cantik Y. Ini semua tampak bullshit. Kenapa orang harus
memandang rendah orang lain? Kayak dirinya itu berhak memandang rendah orang
lain?, dia yang adikuasa?, dia yang digdaya?, dia yang paling cerdas?, dia yang
punya kendali atas kehidupan orang lain?.
Itu semua malah tampak tolol kalo orang orang yang suka menjelekan orang
bertemu mereka yang lebih di segala aspeknya.
Aku agak
senang, dan puas, lihat tim seleksi yang dulu itu sekarang pontang panting
nyari perguruan tinggi, bayar bermilyar milyar untuk diterima di universitas
ini dan itu. Aku bukan balas dendam ya. Ini sebatas perasaan emosional. Ini seperti
menanam biji yang busuk dan tumbuhlah tanaman yang busuk, dan ia yang
menuainya, mendapatkan kebusukan pula. Kamu yang suka memandang rendah orang
lain akan direndahkan bangsat.
Bu Laila,
anda adalah salah satu sokong kehidupan saya. Saya tidak pernah menyesal
menerima didikan anda dalam kehidupan saya. Terlebih, saya belajar bagaimana memperlakukan
orang lain. Saya sepenuhnya akan berusaha untuk tidak menjelekkan orang lain.
Buat pembaca
bloger, kalian berharga, kalian nggak pantas menerima penilaian buruk kalo
memang kalian tidak seperti demikian. Buktikan kalo kalian lebih daripada
mereka yang menjelekkan anda. Karena setiap individu itu.... ya berharga, aku
habis kata kata wkwk aku lagi ngantuk sejujurnya. Bobok? Yuk bareng. Dalam
tidur siangmu ini, eh tidur siang kita, aku harap dalam benakmu terbayang kata
kata “DONT UNDERESTIMATE EACH OTHER”nya Bu Le.
Today quote?
“Kamu yang suka memandang rendah orang
lain akan direndahkan bangsat”
Pardon my
language.