Untuk alasan
kesenangan –dan bukan kesehatan, gue tadi jogging di Renon. Kenapa bisa
senang? Ini coeg yang menarik. Setelah lari sekitar 3 putaran lapangan Renon,
kira kira 3200 meteran, peluh didahi dan keringet di sekitaran ketiak gua udah
mulai ngocor, dan gue memutuskan untuk berhenti lantaran gue udah nggak
olahraga sejak satu bulan lalu, pula belakangan disinyalir gue ketagihan sama
lemak babi nya babi guling singaraja di jalan waturenggong, jadi kalo diterusin
rasanya jantung gua copot kayak mau meninggal dan siap kembali ke pangkuan
Yesus. Jadi gua duduk diam di depan
lapangan sepak bola dan di belakang gue ada monumen Renon buat nyandar.
Seorang anak kecil dengan sepeda kecilnya yang punya roda
empat melintas dihadapan mata gue, bapaknya nyusul sambil jogging. Gue nggak
melihat ibu dari anak dengan sepeda roda empat ini. dimana ibunya? Jangan
tanyakan gue, karena gue sendiri masih mempertanyakan keraguan gue kalau kalau
anak ini adalah anak yang sengaja dipungut sama bapak ini. atau bapak ini dan
anak bersepeda roda empat ini nggak ada hubungan darah. Atau yang lebih parah
bapak ini seorang homo? Tapi gue gak melihat homoannya.
Anak bersepeda roda empat mengendarai sepedanya dengan ceria.
Dia sekilas kayak anak autis yang lagi membayangkan bahwa sepedanya adalah
pesawat tempur, alih- alih sebagai sepeda motor, dia sambil mengendarai
sepedanya mencuap “ciuuuuuu, dor dor dorrr, tembak tembak tembak, hahahaha, kau
mati kau mati mau mati”
Meninggal gua.
Dia kini sedang menggenjot sepedanya di
trek jogging yang terbuat dari aspal dan berakhir di tanjakan untuk menuju ke
lapangan sepak bola yang ada rumputnya. Ia berusaha menaikinya. Ia tidak
berhasil. Tenaganya kurang kayaknya. Apa yang terjadi sama bapaknya? Bapaknya
mula mula mendiamkan saja bocah yang gue pikir agak autis ini. gue positif
yakin bapak ini cukup kejam sama anaknya, soalnya apa? Dia cuman liatin doang
men!. bapaknya mulai ngasih cara yakni dengan mundur dulu, barulah naik ke
tanjakan dengan kecepatan penuh. Sesuai dugaan, namanya bocah nggak ngerti apa
apa. tapi akhirnya si bapak pelan pelan
mendorong punggung anaknya supaya dia cukup tenaga untuk majuin pedal sepedanya
buat naik ke tanjakan itu.
Nggak cukup sampe disitu, anak ini
akhirnya menjebloskan dia sendiri ke lapangan yang ada rumputnya. Gue kasih tau
kondisinya, bahwa sore ini kondisi lapangan Renon ini basah, alhasil emang di
lapangan yang ada rumputnya itu becek maksimal, dan yang bisa melewati medan
itu mungkin cuman moto trek atau pajero dakar, oke itu lebay, dan itu kan
lapangan sepak bola, kenapa sih si adek autis ini menjebloskan diri ke medan
yang bukan didesign buat sepda roda empatnya?. Gue asumsikan emang adek ini
punya pikiran yang nggak genap dan nyaris psikopat. Akibat nafsu memuaskan
keinginan keautisannya, 2 roda bantuan pada
sepedanya mengganjal pada suatu batu, 1 roda depan stuck pada lumpur,
sedang 1 roda belakang ngambang di genangan
air. Tau kan posisi kayak gini kalo sepedanya digenjot sama si psikopat ini apa
yang terjadi?. Iya coeg! Ban belakannya yang ngambang digenangan sama air itu
muter kayak turbin dan air pada genangan itu muncrat kemana mana! Ya singkat
semua orang yang ada disitu kena lumpur lumpur, termasuk gua yang dari tadi
liatin si psikopat, walau gua emang udah tau ni anak pasti bakal mencelakakan
orang, makanya gua segera beranjak tepat sebelum ia nggenjot pedalnya, jadi
kecipratannya ya sedikit.
Gua masih mengamati apa yang terjadi,
setelah gua shock dan nggak abis pikir sama si autis ini. awalnya dia bingung
kenapa sepedanya nggak maju maju. Lama kelamaan, seperti yang gua duga. Dia
ketawa coeg! “huahahahaa, ayah ayah liat nih, hahahahak, ciu ciu ciu, mati
mati!” psiko!. 15 menitan gua disitu sambil asyik liatin turbin barunya si
psiko, kata dosen gua “gangguan mental itu bisa nular” gua mulai percaya.
Akhirnya anak psikopat itu bener bener pengen keluar dari kubangan itu, dan
kini ia memohon supaya bapak nya bantuin dia. Udah malu maluin bapaknya,
nyipratin bapaknya pake lumpur lapangan Renon, kini ia mohon mohon bantuan
lagi!. Seperti kejadian sebelumnya, bapaknya mula mula pura pura nggak tau dan
gue tau dia kayak gitu supaya ni anak edan menemukan caranya sendiri. Si edan
ini mulai menurunkan sepatunya, tapi dia tarik kembali, dia enggan liat sepatu putihnya
kena lumpur sementara dia manggil manggil ayahnya buat nolongin? Licik! Eh
nggak, picik!.
Pemecahan masalah atas perbuatan si
edan ini cukup makan waktu, adegan dramatis berlangsung ketika si edan mencopot
sepatu putihnya diatas sepeda, melempar
ke ayahnya (yang menurut gua ini sangat brutal) gua kira dia marah sama ayahnya
karena nggak juga dibantuin, taunya “yah pegang”, trus dia turun dari sepedanya
dan akhirnya mendorong dengan susah payah sepedanya yang stuck dalam kubangan
lumpur itu.
Refleksi si edan Ini semacam
tercermin dalam hidup gua, gua pikir. Gue melewati pelbagai masalah dalam
kehidupan ini, ada banyak tanjakan yang gua akan lalui. Dengan tubuh kecil ini,
mungkin gue kesulitan dan nggak bisa nggenjot kehidupan untuk melalui tanjakan
permasalahan, tapi gue yakin Yesus selalu dideket gue. Dan gue tau betul sifat
Bapa gue yang satu ini. ketika ada permasalahan emang Dia sengaja nggak
langsung bantuin, untuk apa? Supaya kita mau belajar dan nggak manja kalo ada
masalah lain. Kita mungkin sulit memahami cara kerja mengatasi permasalahan
karena kita masih kecil dan perlu banyak belajar dan berusaha, tapi ketika kita
mulai berusaha sampai pada batasnya, Ia pasti mau mendorong punggung kita pelan
pelan, dan akhirnya genjotan kaki kecil kita lama lama mampu mendorong kita
buat melampaui permasalahan yang ada, karena Dia tahu KITA MANUSIA BERHATI BAJA
YANG NGGAK AKAN MENYERAH J
KEEP TRYIN KEEP GOIN MOVIN FORWARD.
NEVER QUIT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar