Semua ini tentu saja bermula dari pesan singkat. Satu kalimat
dua buah kata tentu sudah menjadi awal yang bagus untuk setidaknya menuangkan
isi pikiran atau jika telah larut dalam suasana, tumpah jua isi hati. Maka sabtu
malam yang sejuk ditemani rintik hujan dan embun pohon, bergetar sebuah gawai
yang mengagetkan. Mina, seorang gadis keturunan lokal diagungkan masyarakat
setempat, dengan rambut hitam legam, dan tubuhnya yang selalu berbalut busana
adat bercorak cokelat kuning tanda ia membawa warisan luhur nenek moyangnya,
tiba tiba hadir dan tergambar jelas dalam lamunan Tejo di malam itu.
“apa kabar”
Pecah lah kedamaian suasana yang syahdu itu berganti dengan
kericuhan dig dug dig dug suara jantung yang dipaksa memompa darah atas dasar
reaksi kaget sang empunya. “oh kau telah membangunkan beruang yang sedang tidur,
nyonya” dan beruang yang dibangunkan dari tidurnya yang lama sudah pasti marah
dan kelaparan. Namun Tejo tahu betul siapa dirinya, ia bukan seekor beruang,
bahkan walau ia sering diejek seperti binatang dan ihklas menerima sebutan itu,
ia tetaplah bukan binatang jenis beruang. Mungkin binatang dengan spesies yang
lain, karena kali ini jiwa nya seketika dibangunkan dan ia tidak merasakan
marah, atau setidaknya marah itu sudah mereda, dan jika ia disebut binatang itu
lebih karena ia kelaparan. Dan insting telah membuat rasa lapar menjadi nafsu. Apa
itu nafsu yang dirasakan Tejo tidaklah mudah untuk dipahami. Bukan tentang
nafsu ingin memakan, nafsu ingin berak, nafsu ingin kawin, atau nafsu
kebinatangan lain.
“kudengar kau sudah punya kekasih lain”
Pesan yang aneh dari seorang Mina yang semakin membuat nafsu
itu memuncak. Sampai saat ini Tejo masih memiliki kesadaran sebelum nafsu itu
mengambil alih tubuhnya dan menjadi binatang seutuhnya. “tentu aku sudah
beranjak dari masa lalu, dan faktanya aku baru saja bersenggama”. Ada pepatah
mengatakan: seorang pria harus tetap tegar, meskipun ia harus menyangkalnya, dan
ini adalah waktu yang tepat untuk mengaktualisasikannya. Namun sebagaimana
orang yang telah mengerti sudut sudut tengkorak dan cara berpikir otak Tejo,
Mina mengetahui pernyataan ini hanyalah kebohongan belaka.
“satu satunya orang yang telah kau setubuhi adalah tangan
kirimu sendiri Tejo”
Mina, perempuan itu mungkin memang berusaha mengambalikan
binatang dalam tubuh Tejo sebagaimana ia merindukan kenangan bersama binatang
malang itu. Untuk itu kepribadian Tejo seakan menolak akses binatang itu keluar
dari tubuhnya. Namun tiba tiba ia melolong, ia sangat terkejut, dan cepat cepat
menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil memeriksa sekitar apakah ada
orang yang mendengar. Sial bagi Tejo, perempuan itu telah memancing sisi
kebinatangannya yang kini terejawantahkan secara nyata. Dan nafsu itu juga
keluar. Nafsu yang dimiliki seekor anjing kepada manusia, nafsu untuk
mendapatkan kasih sayang dan perlakuan cinta. Apabila Tejo adalah seekor
anjing, sudah pasti ia adalah anjing yang paling anjing diantara semua anjing.
Tentu semua itu berhubungan dengan loyalitasnya kepada seorang manusia dan
sedikit kelakuan bangsat yang ia miliki. “apa maksudmu, mengapa kau menyiksaku
dengan cara seperti ini” itu adalah pesan yang diketik dengan menggunakan
bagian terlembut dari telapak kaki seorang anjing bernama Tejo.
“aku adalah manusia Tejo, dan kau adalah anjing, seperti kau
tahu… aku menyayangimu dan aku membuangmu kesungai, dan aku tetap menyayangi mu”
Kadang terasa aneh bagi anjing untuk mengerti jalan pikir manusia,
namun kenyataannya inilah yang terjadi.
“Dan demi apapun juga, mulai sekarang
jangan pernah mengelompokkan anjing dalam dunia binatang, karena sesungguhnya
manusia lebih terkesan memiliki sifat binatang daripada anjing, dasar MANUSIA!”
Jeovan Setyawan, 2020